Jumat, 25 Desember 2009

Landasan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

 Pendidikan merupakan sistem terbuka, sebab tidak mungkin pendidikan tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri dengan lingkungannya demikian apabila pendidikan ingin memproduksi dengan baik dan sempurna, hendaknya ia membuka diri dengan dunia diluarnya dan mengadakan kontrak kerja sama dengan mereka.
 Pendidikan berada di masyarakat, ia adalah milik, oleh, dan untuk masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan tanggung jawab pendidikan pemerintah/sekolah, orang tua murid, dan masyarakat. Unsur-unsur tersebut dapat memberikan input atau bahkan tekanan kepada dunia pedidikan.
 Bila pendidikan menyesuaikan diri, maka ia akan menjadi pengikut yang setia tanpa inisiatif dan kreatifitas. Pendidikan akan selalu menjadi benda dibelakang terseret oleh faktor dari luar. Sebaliknya pendidikan tidak mungkin selalu mendahului gerak sistem yang berada disekitarnya, sebab kemampuan pendidikan juga terbatas. Oleh karena itu cara yang mungkin adalah melaksanakan kedua pendekatan itu sekaligus.
 Disamping mengadakan menyesuaikan terhadap kemauan atau tekanan faktor-faktor yang ada dalam lingkungan, pendidikan hendaknya mengadakan antisipasi terhadap arah gerak faktor luar tersebut. Antisipasi inilah yang akan menjadi dasar untuk mengadakan pembaharuan dalam tubuh pendidikan itu sendiri. Dengan demikian pendidikan tampak memiliki inisiatif dan kreasif yang bisa ditunjukan kepada faktor luar, sekaligus berfungsi sebagai Mercu Suara terhadap rumusan masalah :
1. Pendidikan sebagai sistem terbuka.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya pendidikan di kalangan masyarakat.


BAB II
PEMBAHASAN

LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN
A. Landasan Filosofis.
Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini berarti terbatas dan dapat pula terbatas yaitu Filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Sedangkan tidak terbatas yaitu Filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering dikatakan Filsafat umum.
1. Mengapa Filsafat dijadikan landasan pendidikan?
Filsafat ada semenjak manusia itu ada, hanya keberadaannya tidak diakui secara formal seperti sekarang. Sebab ia tidak digali, dihimpun, dan di sisitematiskan menjadi hasil pemikiran.
Manusia semenjak ada dan hidup bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita apa yang mereka kejar dalam hidupnya, baik secara individu mamupun secara masyarakat walaupun masih secara sederhana.
Gambaran dan cita-cita itu makin berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan mereka. Gambaran dan cita-cita tentang kehidupan itu pula yang mendasari adat-istiadat suatu suku atau bangsa, norma dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Begitu pula pendidikan yang berlangsung disuatu suku atau bangsa tidak bisa terlepas dari gambaran dan cita-cita diatas. Hal itu mendorong masyarakat untuk mendasari pendidikan agar dapat memenuhi gambaran dan cita-cita mereka.
Di jaman Yunani kuno, bangsa Spart mendidik anak-anaknya menjadi warga Negara yang sehat, berdisiplin tinggi dan tangkas menjadi militer, sebeb tujuan utama mereka adalah mempertahankan keutuhan bangsa dari gangguan bangsa lain.
Pandangan manusia tentang pendidikan menunjukkan titik terang adalah dimulai pada zaman Athena dan benar-benar cerah pada zaman Romawi dan diteruskan pada zaman humanisme sampai sekarang.
Zaman Athen mulai memperhatikan kemerdekaan manusia dan keharmonisan janmani dan rohani, sedangkan zaman Romawi meneruskannya kepada ketatanegaraan, hukum dan kehidupan yang praktis serta pendidikan agama.
Pada zaman humanisme tujuan utama adalah membentuk manusia yang harmonis dalam arti yang luas dengan pelajaran-pelajaran klasik yaitu kebudayaan Yunani dan Romawi.
Pada zaman modern ada satu hal menonjol yang patut diketahui ialah gerakan rasionalisme, pada zaman ini filsafat hidup manusia dikuasai oleh keinginan yang kuat untuk membentuk Negara sendiri.
Sebab itu bermuncullah pendidikan nasional yang berorientasi kepeda kepentingan bangsa dan Negara sendiri
2. Yang diinginkan Filsafat Pendidikan
Filsafat safat yang dihimpun disuatu pendidikan disebut filsafat pendidikan. Pendidikan pada umumnya membahasa tentang tujuan, organisasi atau sistem, program atau materi alat atau media, personalia, proses, dan penilaian. Filsafat yang berkaitan dengan tujuan pendidiakn antara lain bertanya tentang apa yang diinginkan oleh pendidikan, apakah membentuk manusia berkembang total atau mementingkan salah satu aspek saja. Kalau bentuk manusia berkembang total alasanya kalau mementingkan salah satu aspek saja mengapa, manakah yang dipandang lebih benar diantara kedua tujuan itu, mengapa demikian ?
Tidaklah ada tujuan lain selain tujuan diatas ? apakah tujuan itu bersumber dari hakekat manusia itu sendiri, atau bersumber dari luar termapat manusia hidup ?. bila dari luar, sumber manakah itu ?. manakah yang lebih benar sumber yang dari dalam diri manusia sendiri ataukah dari luar ? apakah semua macam pendidikan tujuannya sama ?. kalau ya, mengapa ? kalau tidak, apa saja tujuan-tujuan pendidikan itu mana yang benar tujuan pendidikan sama atau berberda-beda, mengapa apakah semua orang perlu didik dengan cara yang sama kalau ya, mengapa, dan kalau tidak apapula alasanya dan sebagainya.
Untuk mendapatkan jawaban yang paling benar tidaklah mudah, lebih dalam filsafat. Seperti yang diketahui bahwa filsafat itu membahas sesuatu secvara mendalam dan mencakup keseluruhan objek yang dibahas untuk dapat mengaku agar keseluruhan benar-benar dapst dibahas merupakan pekerjaan yang sulit. Karena itu ada yang mengatakan bahwa berpikiran tidak pernah berhenti dan tidak selalu memberi keputusan yang optimal kepada pemikiranya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan manusia untuk memikirkan sesuatu yang jauh dari jangkauan manusia.
Namun demikian manusia tetap berfilsafat, sebab filsafat sudah melekat pada diri manusia seperti halnya dengan pikiran manusia yang melekat pada diri setiap orang
3. Macam-macam filsafat pendidikan
Ada berbagai macam safat pendidikan lima diantaramya yang dominan adalah :
a. Esensial (klasik)
b. Tradisional
c. Persenialis
d. Progresif
e. Rekonstruksional
Uaraian berikut akan membahas masing-masing aliran ini beserta pendidikan yang di inginkannya.

a. Esensial (klasik)
Filsafat pendidikan esensialisme memandang bahwa yang berhakiki atau yang esensi ialah kebudayaan klsik yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya di masysrakat. Yang ternyata sudah terbukti memberi buah berupa ahli-ahli yang bersifat internasional
Kebudayaan klasik itu yang mncul dizaman Romawi, mereka mempergunkan buku-buku klasik yang ditulis dengan bahasa latin yang dikenal dengan nama Great Book. Buku inilah yang menjadi bahan pelajaran yang utama.
Alat mengasah otak ini tidak ada bandingnya di dunia. Bahasa latin dengan kebudayaan Yunani dan Romawai ini adalah alat yang nomer satu. Alat inilah yang sudah terbukti kemampuannya berabad-abad lamanya. Filsafat ini menghendaki pendidikan berfikir yang logis
Penganut filsafat ini berpendapat bahwa bila seorang bisa berfikir logis maka ia akan mudah melakukan tugas dalam kehidupannya sehari-hari. Filsafat ini mementingkan pandidikan logika.

b. Tradisionalis
Filasafat pendidikan tradisionalisme memiliki kesamaan dengan filsafat pendidikan esensialisme dalam segi materi yang dipelajari. Yaitu kedua-duanya mempelajari kebudayaan Yunani dan Romawi.
 Bedanya ialah kalau esensialisme menekankan pada bahasa latinnya sebagai alat pengasah otak untuk memiliki logika yang baik, maka tradisionalisme menekankan pada kebudayaan sebagai sarana untuk membentuk emosi atau cita rasa yang indah.
 Penganut filsafat ini memendang tradisi pada zaman pertengahan dan zaman-zaman sebelumnya yang indah itu diwarnai oleh kebudayaan klasik perlu dipertahankan, sebab sudah terbukti kebenarannya yang membuat kehidupan manusia stabil. Tata tertib masyarakat pada abad XX ini yang mulai goyah adalah akibat mengingkari tradisi yang baik itu.
 Abad XX ini sudah menyeleweng yang menimbulkan krisis dunia. Berarti pendidikan yang di inginkan oleh filsafat ini adalah pendidikan yang tujuan, materi, dan metodenya tetap, yang sudah terbukti baik berabad-abad lamanya. Dalam hal ini adalah pendidikan seperti yang dilaksanakan di Eropa pada zaman Yunani dan Romawi pertengahan dengan buku-buku yang klasik pula.

c. Perenilisme
Filsafat pendidikan perenialisme bertitik tolak pada sesuatu yang abadi adalah suatu yang bersumber dari Tuhan. Mereka yakin bahwa sesuatu yang abadi inilah yang paling benar maka pendidikan pun harus sejalan dengan ini muncul dan berkembang pesat abad zaman pertengahan sebagian besar Negara-negara di Eropa dikuasai oleh dewa gereja akibat pengaruh filsafat ini.
d. Progresifisme
Filsafat pendidikan progresifisme lahir di Amerika. Sejalan dengan jiwa Amreika sebagai bangsa yang dinamis berjuang mencari hidup baru di negeri seberang, maka dinamika ini pun tercermin dalam filsafatnya. Bagi mereka tidak ada hidup yang tetap dengan nilai-nilai abadi. Yang ada adalah perubahan, segala sesuatu yang berubah. Hari ini mereka lihat adalah kehidupan nyata sehari-hari.
Demikianlah progresifisme mempunyai jiwa perubahan, relatifitas. Kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perubahan nyata. Menurut filsafat ini tidaka ada tujuan yang pasti begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran ini bersifat relatif.
Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan itupun tidak pasti. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu artinya jika tujuan dan alatpun berubah. Pendidikan yang di inginkan filsafat ini adalah pendidikan yang selalu mencari sesuatu yang lebih baik beberapa prinsip pendidikan ditujuankan untuk mampu mencapai cita-cita yang lebih baik.
e. Rekonstruksionalisme
Filsafat rekonstruksionalisme berupaya mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total semua segi kehidupan harus diubah dan dibuat baru. Aliran filsafat yang ekstrim ini berupaya merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sama sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan
4. Filsafat Indonesia dan pendidikan Indonesia
Filsafat bangsa Indonesia adalah pancasila. Filsaft ini menginkan agar bangsa Indonesia berketuhanan Yang Maha Esa, berprikemanusiaan, bersatu sebagi suatu bangsa, melaksanakan demokrasi secara perwakilan yang dilakukan secara musyawarah, dean meningkatkan kesejahteraan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Segala macam kegiatan yang terjadi di Indonesia diarahkan agar sejalan dengan sila-sila pancasila. Kegiatan politik, ekonomi, kesenian, keamanan. Semua diwarnai oleh filsafat pancasia.
Filsafat pendidikan pancasila membahas tentang perlunya mendidik bangsa untuk menjadi warga Negara yang pancasialis. Untuk itu diperlukan lembaga penddidikan dalam berbagi tingkat yang suasanya diwarnai oleh filsafat pancasila.

B. Landasan Historis
Histories atau atau sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian yang dapat disadari oleh konsep-konsep tertentu sejarah mencakup segala kejadian dalam alam ini termasuk hal-hal yang dikembangkan oleh budaya manusia.
Demikianlah ada sejarah filsafat, sejarah fosil, sejarah batu-batuan, sejarah perkembangan benua dan pulau, sejarah suatu Negara, sejarah ilmu dan sejarah pendidikan. Diperlukan pula sarana dan prasarana yang sesuai dengan personalianya yang berjiwa pancasila, agar mampu mengelola dan melaksanakan sehingga diharapkan menghasilkan lulusan-lulusan yang pancasila sejati.
1. Histiris dijadikan landasan pendidikan
Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kajian-kajian, model-model, konsep-konsep, teori, praktek cita- cita, bentuk- bentuk. Dan sebagainya.
  Sejarah tentang candi borobudur misalnya mengandung konsep tentang cara membuat candi serta tujuan yang ingin dicapai. Proses pembuatan danhasil yang diperoleh dapat dinikmati sampai sekarang.
  Belajar dalam arti memanfatkan informasi ini dalam upaya memajukan diri, bukan belajar hanya menerima dan bertahan dalam kebudayaan itu, dijadikan landasan dan bahan perbandingan untuk maju.
  Sejarah pendidikan merupakan bahan pembandingan untuk memajukan pendidikan suatu bangsa. Namun demikian juga dalam bidang pendidikan, parah ahli bidang pendidikan sebelum menegani itu supaya lebih maju, terlebih dahulu mereka memeriksa sejarah tentang pendidikan.

2. Makna sejarah pendidikan dunia
Sejarah pendidikan dunia sudah lama sekasli umurnya, namun ia memberi informasi yang cukup berarti bagi perkembangan dunia pendidikan terutama segi metode. Sejak abad 16 dengan munjulnya buku didaktik yang bernama didoctice magna kerangan comenius yang kemudian dilengkapi dengan buku pictus, yeaitu belajar mulai gambaran-gambaran atau alat perasga. Comunius pula yang mempelopori tingkat-tingkat sekolah mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan sampai ke perguruan tinggi. Tokoh lain ialah John lock, seorang rasionalis yang terkenal dengan teori kabularasa, yaitu anak dipandang sebagai kertas putuh. Pendidikan bisa menulis apa saja diatas kertas itu, pendidikan yang penting baginya ialah reasio melalui bahasa latin dan ilmu pasti.
Pada abad 18 J.J Rousseau seorang ratu ralis berpendapat bahwa hidup manusia tidak pada tempatnya di kuasai oleh pikirannya, melainkan sebaliknya perasaan yang wajar.
Develupmentalisme berkembang pada ahir abad ke 18 dan pada awal abad ke 19 dengan tokoh utama ialah Pestalozz herbeart, Fobel. Dan hall. Mereka berpendapat bahwa pendidikan adalah proses perkembangan sebagai hasil perkembangan dan eraksinya terhadap linkungan. Tujuan pendidikan mereka adalah mempertinggi derajat sosial seluruh umat manusia, dengan banyak menghayati dan mengekspresikan sesuatu (pesta lozzi).
Pada abad ke 19, rasionalisme muncul akibat berhentinnya perbudayakan dan melemahnya keluasan gereja. Para bangsawan memanfaatkan orang-orang bebas ini untuk menyumbangkan keluasan gereja yang melahirkan Negara-negara nasional antara abad 16 – awal abad 19. tujuan aliran ini adalah menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara.
Abad 20 di tandai oleh aliran liberalisme dalam keagamaan, piloitik, dan ekonomi yang di polopori oleh Adam smith. Sementara itu Augustcomte melahirkan positifisme yang hanya percaya pada realita yang bisa di tangkap oleh panca indra. Akibat aliran kedua ini, manusia tidak perna merasa damai.
Timbullah aliran sosial dalam pendidikan yang di pelopori oleh Paul natorp kershensteimer (jerrman) dan J.dewey (amerika serikat) mereka memandang masyarakat kebiih esensial dari pada indifidu, hanya sebagai abstraksi saja ibarat atom-atom dari suatu benda.
Tokoh yang lain adalah Montessorri yang bertujuan mendidik anak bertumbuh secara bebas melalui mendidik diri sendiri dengan alat-alat pendidikan yang lengkap. Decrly menekankan metode global. Helen Parkhurst mendirikan sistem Dastom sebagai pengajaran indifidual.
Dari urain di atas dapatlah di ketahui bahwa konsep-konsep pendidikan yang di laksanakan sekarang pada Negara-negara di dunia pada umumnya dan di Indonesia khususnya sebagian besar di warnai oleh ide-ide pada tokoh pendidikan itu. Parah ahli pendidikan di suatu Negara bersama dengan para pemimpin yang lain, menilai konsep-konsep yang beserta akibat atau hasil konsep itu setelah di teraapkan.



















Tidak ada komentar: